fb x telegram wa

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya kepadatan dan kualitas tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, bahkan akibat benturan ringan atau aktivitas sehari-hari seperti terjatuh, membungkuk, atau mengangkat beban kecil. Kata “osteoporosis” sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti “tulang berpori.”

Menurut World Health Organization (WHO), osteoporosis termasuk penyakit metabolik tulang paling umum di dunia, terutama pada wanita setelah menopause dan orang lanjut usia. Kondisi ini berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun tanpa gejala, hingga akhirnya baru terdeteksi ketika seseorang mengalami patah tulang tiba-tiba, biasanya di bagian pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang.

Secara medis, osteoporosis terjadi ketika proses pembentukan tulang baru lebih lambat dibandingkan proses penguraian tulang lama. Dalam tubuh yang sehat, jaringan tulang terus diperbarui — tulang lama diserap oleh sel yang disebut osteoklas, dan tulang baru dibentuk oleh sel osteoblas. Namun pada penderita osteoporosis, keseimbangan ini terganggu sehingga tulang kehilangan massa mineral (terutama kalsium dan fosfat) lebih cepat dari yang dapat digantikan.

Ada beberapa faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami osteoporosis:

  1. Usia – Kepadatan tulang menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 50 tahun.
  2. Jenis kelamin – Wanita lebih berisiko karena mengalami penurunan hormon estrogen secara drastis setelah menopause, sedangkan estrogen berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang.
  3. Faktor genetik dan ras – Orang dengan riwayat keluarga osteoporosis atau bertubuh kecil lebih berisiko. Penelitian juga menunjukkan bahwa ras Asia dan Kaukasia memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan ras lainnya.
  4. Kekurangan kalsium dan vitamin D – Nutrisi ini penting untuk pembentukan dan kekuatan tulang. Kekurangannya dalam jangka panjang dapat menyebabkan tulang menjadi lemah.
  5. Gaya hidup tidak sehat – Kurang bergerak, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, serta pola makan tidak seimbang dapat mempercepat kehilangan massa tulang.
  6. Kondisi medis tertentu – Penyakit seperti hipertiroid, rheumatoid arthritis, gangguan hormon, atau penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang juga dapat memicu osteoporosis.

Sayangnya, osteoporosis sering tidak menunjukkan gejala di tahap awal. Beberapa tanda yang mungkin muncul adalah postur tubuh mulai membungkuk, tinggi badan berkurang, atau nyeri punggung akibat keretakan tulang belakang. Karena itu, deteksi dini sangat penting agar dapat mencegah patah tulang yang lebih parah.

Pemeriksaan untuk mendeteksi osteoporosis dilakukan dengan tes densitometri tulang (Bone Mineral Density/BMD test) menggunakan alat bernama DXA scan (Dual-energy X-ray Absorptiometry). Tes ini mengukur seberapa padat tulang seseorang dan membantu dokter menentukan apakah tulang sudah mengalami pengeroposan.

Untuk mencegah osteoporosis, langkah-langkah sederhana berikut sangat dianjurkan oleh para ahli:

  1. Konsumsi makanan kaya kalsium dan vitamin D, seperti susu, keju, ikan salmon, sarden, tahu, tempe, serta sayuran hijau.
  2. Rutin berolahraga beban ringan seperti jalan kaki, jogging, yoga, atau latihan angkat beban, yang membantu memperkuat tulang dan otot.
  3. Hindari rokok dan batasi alkohol, karena keduanya dapat mengganggu penyerapan kalsium dan mempercepat kehilangan massa tulang.
  4. Paparan sinar matahari pagi secukupnya untuk membantu tubuh memproduksi vitamin D secara alami.
  5. Lakukan pemeriksaan tulang secara rutin, terutama bagi wanita menopause dan lansia.

Osteoporosis memang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi dapat dicegah dan dikendalikan dengan gaya hidup sehat, pola makan bergizi, dan pengobatan sesuai anjuran dokter. Beberapa obat seperti bisfosfonat, hormon estrogen (pada wanita menopause), atau suplemen kalsium dan vitamin D sering digunakan untuk memperlambat proses pengeroposan tulang.

Hubungi kami melalui WhatsApp