
Anak yang mudah tantrum sering kali dianggap hanya sedang manja atau sulit diatur, padahal pemicunya bisa berasal dari apa yang mereka konsumsi setiap hari. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah gula berlebih. Ketika anak mengonsumsi makanan atau minuman manis, kadar gula dalam darah akan meningkat dengan cepat. Lonjakan ini memang memberikan energi instan, membuat anak tampak sangat aktif atau bahkan hiperaktif. Namun energi tersebut tidak bertahan lama. Setelah beberapa waktu, kadar gula akan turun drastis dan membuat anak menjadi lemas, mudah marah, rewel, atau kehilangan kemampuan mengendalikan emosinya. Perubahan mendadak inilah yang sering memicu tantrum.
Tidak hanya itu, fluktuasi gula darah juga berpengaruh pada keseimbangan hormon dan zat kimia otak yang berperan dalam pengaturan emosi. Anak menjadi kurang fokus, sensitif, sulit menenangkan diri, dan lebih mudah merasa frustrasi. Kondisi ini diperparah jika anak belum memiliki kemampuan mengelola emosi secara matang, sehingga reaksi alami yang muncul adalah menangis keras atau marah tiba-tiba.
Banyak orang tua tidak menyadari bahwa gula tidak hanya berasal dari permen atau es krim. Produk seperti sereal manis, roti, yogurt rasa, minuman kemasan, hingga saus siap pakai mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi. Tanpa disadari, anak bisa mengonsumsi gula lebih banyak dari batas harian yang direkomendasikan. Hal ini membuat suasana hati mereka naik-turun sepanjang hari.
Mengurangi risiko tantrum akibat gula dapat dilakukan dengan memilihkan camilan yang lebih alami, seperti buah segar, kacang, atau makanan berbahan gandum. Menghindari minuman manis dan memberikan air putih sebagai pilihan utama sangat membantu menjaga kestabilan energi anak. Orang tua juga bisa membuat jadwal makan yang teratur agar kadar gula darah tetap stabil sepanjang hari.
Walaupun gula berlebih dapat meningkatkan risiko tantrum, penting untuk melihat pola perilaku anak secara menyeluruh. Faktor tidur, lingkungan, cara komunikatif orang tua, dan kondisi emosional anak sehari-hari juga berperan besar. Membatasi gula adalah langkah penting, tetapi tetap harus disertai pola hidup yang sehat dan perhatian emosional dari orang tua.
